Penelitian terbaru di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, mengungkap fakta : 95% balita di wilayah ini sudah mengonsumsi kental manis sejak usia 8 bulan. Padahal, kental manis mengandung gula tinggi—lebih dari 40 gram per sachet—yang jauh dari ideal untuk kebutuhan gizi anak.
Fakta tersebut ditemukan dari rilis hasil penelitian oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Bogor, dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) pada 19 Maret 2025.
“Sebanyak 95% balita diberikan kental manis mulai usia 8 bulan ke atas.”
— Prof. Dr. Tria Astika Endah Permatasari, Ketua Tim Penelitian
Melalui penelitian ini, YAICI, UMJ, dan Aisyiyah berharap dapat mendorong perubahan kebijakan dan edukasi gizi yang lebih baik. Satria Yudistira dari YAICI menegaskan bahwa kolaborasi dengan berbagai universitas ini bertujuan memperkaya pemahaman tentang dampak kental manis agar masyarakat lebih aware.
Lina Marlina, Ketua Majelis Kesehatan Aisyiyah Bogor, menyoroti bahwa rendahnya edukasi bukan satu-satunya masalah. Banyak warung di Pamijahan hanya menyediakan kental manis sebagai “susu,” sehingga memperparah kesalahpahaman masyarakat. Padahal, Pamijahan mencatatkan 502 kasus stunting pada 2024, menjadikannya wilayah dengan angka stunting tertinggi kedua di Kabupaten Bogor. Temuan ini, kata Lina, harus jadi panggilan untuk bertindak, terutama mengingat besarnya potensi demografi produktif di wilayah ini yang bisa terhambat akibat gizi buruk sejak dini.
Melalui penelitian ini, YAICI, UMJ, dan Aisyiyah berharap dapat mendorong perubahan kebijakan dan edukasi gizi yang lebih baik. Satria Yudistira dari YAICI menegaskan bahwa kolaborasi dengan berbagai universitas ini bertujuan memperkaya pemahaman tentang dampak kental manis agar masyarakat lebih aware.





