Wawancara Khusus : Waspada Stunting di Tengah Pandemi PART III

Saat ini pemerintah Indonesia sedang fokus menangani wabah/pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap banyak hal, termasuk sosial dan ekonomi. Salah satunya adalah kebijakan untuk peraturan PSBB (PembatasanSosial Berskala Besar). Akibatnya aktivitas masyarakat menjadi sangat terbatas. Saat Covid-19 ini sangat menyita perhatian, kita jangan sampai lupa bahwa pemenuhan gizi anak dan isu stunting ini jadi terabaikan.

Pada Jum’at 8 Mei 2020, YAICI berkesempatan melakukan bincang-bincang melalui program Teras Berita di TV Muhammadyah bersama 3 narasumber lainnya, yaitu  Dr. Atikah M Zki, selaku Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Luluk Nur Hamidah selaku anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKB, dan Dyah Yuniar Setiawati, selaku Kasubdit Pengelolaan Konsumsi Gizi Kementerian Kesehatan.

Berikut bincang-bincang yang dipandu oleh presenter Irmalia

Kondisi Covid-19 ternyata tidak bisa juga kita menutup mata bahwa kondisi saat ini membuat kita kekurangan banyak hal. Seperti ekonomi sehingga banyaknya bantuan bantuan yang hadir langsung kepada masyarakat berupa paket sembako. Terkait bantuan sosial berupa sembako, kepada masyarakat, bagaimana Ibu Yuli melihat pemenuhan gizi untuk masyarakat?

Bantuan sembako ini tujuannya untuk meringankan beban ekonomi masyarakat terutama yang terdampak. Ketika apa yang didapatkannya itu seharusnya menyeluruh untuk satu keluarga, yang anggota keluarganya bukan hanya bapak dan ibu mungkin ada  anak dan yang kita khawatirkan adalah anak-anak balitanya, apakah masih mambeli susu. Nah ketika yang didapatkan adalah produk seperti di atas, asupan gizinya belum sama sekali terpenuhi. Akhirnya asupan anaknya juga menjadi beban untuk keluarga ini.

Misalnya mereka ingin memberikan susu tapi hanya bisa mendapatkan susu kental manis atau bahkan krimmer kental manis dari bantuan sembako, nah ini yang menjadi perhatian. Sebenarnya saya mengapresiasi masyarakat yang masyarakat yang juga ikut saling membantu memberikan donasi. Tapi masyarakat di sini hanya mencoba untuk membantu saja, meraka belum punya kesadaran bagaimana membantunya bisa memenuhu gizi juga. Makanya mudah-mudahan di sini saya menghimbau saja agar masyarakat yang menggalang donasi dan memberikan bantuan sembako juga memperhatikan apa yang diberikan.

Yang sekarang diberikan itu isinya seperti beras, gula, minyak ya bu Yuli?

Ya, ini kaitannya dengan gula. Kita semenjak work from home atau masa di rumah saja ini tentu aktifitasnya sedikit berkurang. Ketika terlampau asupan gula maka akan jadi masalah juga.

Saat ini kita ada surplus, harga telur dan minyak turun sehingga daya beli masyarakat sangat berkurang. Nah sebenarnya harus bagaimana bahan-bahan makanan yang begizi ini bisa sampai kepada mereka. Maka dari itu perlu koordinasi kerjama sehingga jika kita ingin membantu masyarakat memberikan  sumbangan. Bagaimana sumbangannya itu agar tepat sasaran dan membawa manfaat dan tidak menimbulkan kondisi yang buruk. Misalnya akhirnya terlampau kebanyakan gula, apalagi pada anak-anak ini yang sangat kita khawatirkan

Ibu Yuli, kalau berbicara mengenai anak-anak, artinya kental manis yang diberikan dalam paket sembako itu berpengaruh terhadap konsumsi gula pada anak-anak?

Iya Karena sangat sedikit sekali saya melihat yang memberikan dalam bentuk UHT atau susu bubuk atau susu segar itu jarang atau tidak ada. Ada sedikit saya pernah liat dalam bentuk UHT. Mungkin ini melihat dari segi distribusinya agar lebih gampang dan tidak beresiko. Akan tetapi kalau kita dapat kental manis saya takutnya persepsi masyararakat itu kan masih banyak yang salah. Mereka belum semua teredukasi dengan baik, sebenarnya kental manis itu kan topping dan tidak cocok untuk anak-anak apalagi bayi. Ini takutnya saat kondisinya mereka sudah sangat bergantung pada bantuan dari pemerintah atau donatur – donator akhirnya terpaksa diberikan. Ini yang saya takutkan.

Jadi, jangan diberikan sebagai minuman untuk anak anak. persepsi masyarakat masih banyak yang salah. Jadi kita harus waspadain ini

Dari Aisyiyah, bagaimana Ibu Dokter Atikah menanggapi pemberian kental manis dalam bantuan sembako ini?  

Bahwa selama ini kita terbohongi. Entah siapa yang membohongi. Itu sebenarnya bukan susu isinya dan banyak sekali gula. Ini salah dimasyarakat Ini menjadi tugas Aisyiyah dan juga tugas masyarakat dan organisasi-organisasi lain untuk menginsyafkan bahwa kental manis itu  bukan susu. Makanya Aisyiyah bersama dengan YAICI dibeberapa provinsi mengedukasi kader untuk kemudian mengedukasi masyarakat bahwa mengkonsumsi kental manis adalah salah. Ini tugas dari kita sebagai organisasi masyarakat untuk mengedukasi masyarakat, dan alhamdulillah kader-kader kami bergerak. Cuma ada kendala saat ini yaitu kendalam untuk bertemu muka kemudian ada kendala berkumpul makanya kita lakukan lewat itu tadi yaitu media social

Bagaimana menurut ibu Lulu dari anggota IV komisi III DPR RI fraksi PKB, bagaimana tanggapan ibu mengenai hal ini?

Sebelum membahas bansos, saya ingin menyampaikan hasil jajak pendapat yang terkait dengan kondisi stunting dimasa pandemic ini yang dilakukan oleh Good Life Foundation,  yang menemukan bahwa 2,4 juta atau 17% anak-anak tinggal di rumah dan salama masa karantina ini ternyata tidak memiliki cukup makanan. Jadi 17% menerima porsi yang lebih kecil dan makanan yang kurang bergizi karena masa terkunci ini orang tua mereka kehilangan pekerjaan atau tidak mendapat makanan yang cukup. Kemudian tingkat kerawanan pangan cukup tinggi dilaporkan oleh pekerja NHS dirumah tangga yang memiliki anak. Jadi disitu disebutkan bahwa 1/5 atau 17% tidak makan dan 11% lapar dan tidak makan karena kekurangan makanan dan 9% belum makan sepanjang hari dan 5% mengatakan anak mereka belum mencukupi makan. Saya belum menemukan adanya survei atau jajak pendapat semacam ini yang ada di Indonesia.

Kenapa saya khawatirkan misalnya seperti ini kita punya data ditahun 2017 bahwa Indonesia adalah negara ke 4 di dunia dengan jumlah stunting yang tertinggi. Kondisi ini ternyata dinggap lebih rendah sedikit dibandingkan India Pakistan dan Nigeria. Bayangkan, kalau dibandingkan dengan negara Kawasan di Asia kita memang udah paling tinggi di dunia aja udah ke 4.

Di tahun 2019, dilakukan Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) jumlah stunting di Indonesia disebutkan tadi 27,67%. Akan tetapi bahwa kondisi ini berada dalam ancaman karena rawan pangan kita ini juga sangat besar. Jadi rawan pangan itu bukan hanya tidak ada makan sebenarnya, tetapi dalam hanya kita dalam penyediaan makanan atau ketersediaan pangan itu sangat tergantung kepada import jadi kalau tidak import maka kita tidak ada bahan makanan pangan. Itu konteks pengertian dengan kerawanan pangan.

Kita kaitkan dengan kondisi covid yang ini dimana negara negara produsen pangan itu juga melakukan kebijakan yang sangat ketat untuk bisa eksport karena mereka punya kebutuhan internal untuk memastikan ketahanan pangan di dalam negeri maka ini akan menjadi persoalan yang serius buat pemerintah mana kala isu pangan tidak ditempatkan sebagai prioritas dalam kebijakan penanganan covid 19.  Itu yang saya bilang tadi isu Covid-19 ini bukan hanya Kesehatan. Kenapa? Orang yang sakit itu butuh makan, orang yang sehat butuh makan everybody juga butuh makan. Itu artinya kebutuhan pangan kurang, tetapi produksi itu mengalami gangguan.

Saya ada penjelasan yang sangat menarik, misalnya bahwa diamana ada kondisi kelaparan dalam keluarga pasti ada anggota keluarga yang mengalami kelaparan. Kalau ada anggota keluarga yang mengalami kelaparan otomatis anak anak yang mengalami ancaman yang paling pertama karena apa? Karena kondisinya yang sangat rentan.

Nah kaitannya dengan bantuan sembako tadi, ini misalnya ini Kementrian Social atau Kementerian Kesehatan punya program sendiri dan kami juga punya program. Itu jika di integrasikan dengan Kementrian yang lain maka tidak ada ceritanyasusu kental manis itu dimasukkan kedalam bansos. Karena yang paling ideal itu misalnya, pasti ada beras khususnya beras tetapi kalau misalnya disitu ada pangan lokal yang biasa tersedia dan dikonsumsi oleh masyarakat seperti sagu, jagung atau kemudian sorgum bisa ditambahkan. Itu yang menjadi penting dalam diversifikasi pangan.

Kemudian bisa menyerap hasil ikan baik di darat atau laut setempat. Kenapa tidak? Jadi di dalam paket ini gantilah yang yang namanya susu kental manis itu dengan protein yang bisa langsung diproduksi oleh nelayan kita ataupun peternak kita.

Pangan kita itu kemarin hancur. Daging ayam itu 1kg  Cuma 10.000. Cabe di Blitar jawa Timur hanya 5000 per kilo. Telur juga diemikian. Kenapa ini yang tidak diserap oleh pemerintah untuk kemudian ini dibagikan kepada raktyat yang membutuhkan dalam skema bansos.

Nah cara-cara kreatif ini yang menurut saya sangat penting dilakukan dan itu yang telah dilakukan oleh misalnya Vietnam dan negara negara lain. Jadi keranjang keranjang bantuan pangan itu jadi isinya sebenarnya makanan yang bergizi bukan junkfood. Bukan makanan yang membuat antibody atau imun mereka terganggu

Dyah Yuniar Setiawati, mengenai paket bantuan yang didalamnya kerapkali terdapat susu kental manis, bagaimana tanggapan ibu?

Kalau melihat paket yang dibagikan selama ini, dari nilai gizinya masih jauh sekali dari mencukupi. Hanya gula minyak susu kental manis. Tentu saja kita memerlukan asupan yang lain. Harapan kami, menyambung tanggapan dari  ibu Luluk, ada KKP yang punya produk ikan yang banyak.

Sekarang bagaimana agar ketersediaan pangan tersebut bisa diakses oleh masyarakat. Dengan harapan keluarga-keluarga dapat memenuhi kebutuhan yang lain seperti sayuran ataupun protein yang menagndung protein. Karena saat ini itu yang sangat kurang sekali.

Kementerian Kesehatan punya program gizi seimbang. Jadi konsumsi sehari-hari harus memperhatikan gizi seimbang, terutama bayi dan balita.  Nah terkait susu kental manis, saya sudah sampaikan juga bahwa ini bukan produk susu. Tidak dianjurkan untuk anak dan balita, Fungsinya hanya untuk topping. Sebaiknya di dalam memebrikan bantuan tidak ada susu kental manis itu.

Bagaimana edukasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk menghindari salah persepsi masyarakat mengenai susu kental manis ini?

Ini isunya sudah sejak 2 tahun lalu dan kita sudah menyampaikan kepada teman-teman di daerah dan edukasi melalui banyak media bahwa penggunaan susu kental manis hanya untuk topping. Ini juga salah satu penyebab kesalahan persepsi karena ada iklan yang menyebutkan 2  sendok kental manis setara dengan 1 gelas susu, itu yang kurang pas. Jadi kami menghimbau pihak-pihak lain yang memberikan bantuan bukan memberikan dalam bentuk susu kental manis.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *