Keluarga Imajinasi

Tersebutlah sebuah rumah sederhana yang asri dan bersih di tepi sungai buatan Banjir Kanal di Jakarta Timur.  Hiduplah sebuah keluarga sederhana yang saling menyayangi, Keluarga Susu namanya. Keluarga ini terdiri dari ayah Sagar, ibu Kolos dengan 3 anaknya yang bernama kakak Mili, abang Milpo dan ade Switi. Keseharian aktivitas keluarga susu ini, memberikan informasi agar anak-anak di lingkungan sekitarnya tumbuh sehat, kuat dan cerdas.

“Selamat pagi anak-anak ibu yang sehat dan cerdas,” begitu setiap pagi ibu Kolos menyapa anak-anaknya. 

“Selamat pagi ibu sayang,” jawaban anak-anaknya.

“Ayo, anak-anak ayah yang kuat, matahari sudah bersinar cerah. Pagi ini kita akan berkunjung ke sekolah Pendidikan Anak Usia Dini, tak jauh dari tempat kita. Ayo semangat!” Ayah Sagar mengingatkan anak-anaknya.

“Siap ayah,” jawab anak-anak serentak. Mereka pun segera bangun untuk bersiap-siap.

Merahnya Kembang Sepatu

“Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut,” suara  Hana hampir tak terdengar dibalik selimut bergambar kuda putih bertanduk. 

Mama Hana baru saja menutup telponnya dari mama Fina yang mengabarkan, bahwa Fina minta sekolah esok hari, padahal batuk pileknya belum sembuh benar. Namun karena kondisi saat ini butuh badan yang fit, akhirnya mama Hana memberikan sarannya. “Sebaiknya Fina sampai sehat betul, baru masuk sekolah.” 

Kemudian dilihatnya sang putri sulung yang berusia hampir enam tahun itu. Ia tersenyum sendiri, bila mengingat setiap rabu malam, putrinya selalu tidur lebih awal dari biasanya. Hari kamis adalah hari yang ditunggu-tunggu dalam dua bulan ini, karena diperbolehkannya pertemuan tatap muka terbatas di sekolah dengan waktu yang terbatas pula.

  Matahari belum tampak, hanya sinar dan udara sejuk yang terasa nyaman di teras rumah kuning yang menghadap ke timur itu. 

“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam,” Hana sedang menghitung bunga kembang sepatu yang sedang mekar di teras rumahnya. “Mama, kembang sepatunya cantik sekali.” 

“Wuih bagus sekali, ada berapa bunganya  kak?” tanya mama Hana sambil menggendong adik Fayyadh yang masih bayi. 

“Enam ma”

“Kakak sudah tahu ada lagu Kembang Sepatu?”

“Belum. Aku taunya kembang tahu, yang dijual abang-abang.” jawab Hana bercanda. 

Mereka tertawa terkekeh-kekeh.

Mamapun bersenandung lagu anak-anak karangan bapak Joko Sutrisno, ‘Bunga Nusa Indah’ yang diganti liriknya menyesuaikan dengan spontan.

Bunga kembang sepatu berwarna merah

Tumbuh di halaman depan rumahku

Warna merah cabe kesenanganku

Bunga kesayanganku kembang sepatu

“Yeee.., mama keren,” kata Hana memberi apresiasi spontan dua jempol buat mama. “Ma, hari ini aku mau pakai baju merah ya seperti warna kembang sepatu.” 

“Boleh, sayang,” jawab mama singkat. “Yuk, kakak mandi dulu.”

Hari Kamis di PAUD Tunas Beringin 

Satu kali dalam seminggu di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Tunas Beringin mengadakan kegiatan pertemuan tatap muka terbatas pada masa pandemi, dengan melaksanakan protokol kesehatan 3M. Hari yang selalu ditunggu anak-anak untuk bertemu dengan kawan dan bunda, walaupun selama pembelajaran mereka tetap harus memakai masker, sering mencuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak dengan teman. 

Bunda Tati dan bunda Wulan telah  menyambut kehadiran anak-anak kelompok Matahari. Pagi itu telah hadir 4 anak, Fina sudah izin tidak datang ke sekolah karena belum sehat benar.  

Jam sudah menunjukkan pukul 8.45 pagi, anak-anak baru menyelesaikan kegiatan pembukaan dipandu bunda Tati. Bernyanyi, mengucap ikrar, bertepuk, senam Isi Piringku sampai absen sudah selesai dilakukan. Tak lupa Jinggel Tunas Beringin yang selalu didendangkan setiap pagi, baik online maupun tatap muka.. Tampak wajah-wajah mungil yang tidak sabar untuk mengetahui; kegiatan apa yang akan mereka lakukan?

“Teman-teman, pagi ini kita akan kedatangan tamu. Beberapa kawan baru dari Keluarga Susu, nanti teman-teman boleh menyapa dan berbincang-bincang dengan mereka.” Bunda Tati memberitakan.

“Siapa Keluarga Susu itu bunda?” tanya Inara, siswa kelompok usia 5-6 tahun.

“Keluarga Susu adalah sekelompok minuman kesehatan, bagian dari gizi di dalam Isi Piringku.” “Teman-teman, siapa yang masih ingat, apa yang ada di dalam Isi Piringku?” tanya bunda Tati.

“Aku ingat bunda,” Hana menunjuk tangan kanannya ke atas. “Gemar makan buah, sayur, karbohidrat dan protein. Cukup minum air dan susu.”  Hana menyebutkan bagian lirik dari lagu senam Isi Piringku. Cara mudah mengingatkan anak-anak melalui gerak dan lagu.  Hana mendapat 2 jempol dari bunda Tati.

  Waktu transisi beberapa  menit digunakan untuk istirahat sejenak sambil minum air putih yang dibawa dari rumah masing-masing. Kadang ada anak yang belum sempat sarapan, waktu transisi ini yang digunakan untuk membuka bekal sarapan. Ada juga yang main perosotan sejenak.

“Assalamu’alaikuum,” terdengar suara salam di depan pintu pagar. 

“Alaikum salaam,”  jawab anak-anak serentak sambil terperanjat melihat siapa yang datang, “Bunda, ada Keluarga Susu,” anak-anak bersorak gembira. Mereka langsung mengenalinya dari atribut yang dikenakan.

Perkenalan Yang Mengasikkan

Anak-anak duduk melingkar berjarak sambil memperhatikan Keluarga Susu dengan antusias. Bunda Wulan mulai membuka perkenalan. “Teman-teman, susu merupakan asupan penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Salah satu sumber protein hewani, sumber kalsium yang baik untuk anak karena memiliki kandungan yang tinggi untuk pertumbuhan tulang kalian. Kebiasaan minum susu dimulai sejak kalian masih bayi”. “Siapa diantara teman-teman yang suka minum susu?”, tanya bunda Wulan. 

Saya bunda.. saya bunda,” anak-anak menjawab dengan semangat.

Keluarga Susu mengenalkan diri satu persatu sambil menyampaikan kekhasan-nya masing-masing. “Selamat pagi anak-anak, kenalkan saya ibu Kolos yang penyayang.” “Susu Ibu diberikan oleh hampir setiap ibu di rumah pada anak bayinya, orang sering menyebut dengan ASI atau air susu ibu. Susu Ibu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa, mengandung kolostrum dan gizi yang tinggi sangat berguna untuk kekebalan tubuh bayi agar terhindar dari penyakit dan infeksi. Sehingga bayi yang diberi ASI terus menerus selama 6 bulan mempunyai daya tahan tubuh yang kuat. Selain itu interaksi antara ibu dan bayi membantu perkembangan bayi melalui kontak fisik dan emosional dengan ibu.” “Anak-anakku sampaikan ungkapan terima kasih kalian pada ibu di rumah, bahwa ibumu telah memberikan kalian yang terbaik pada masa kalian menyusui di waktu bayi sehingga kalian tumbuh sehat, kuat dan cerdas.” Ibu Kolos mengakhiri pembicaraannya. 

“Anak-anak, panggil saya ayah Sagar yang baik hati,” begitu suara berat ayah Sagar memulai pembicaraannya. “Saya susu sapi murni dan segar, yang dipanaskan pada suhu tertentu untuk menghilangkan bakteri jahat. Karena berisi susu sapi murni yang segar, maka diperuntukkan anak usia  diatas 1 tahun.” “Selalu semangat untuk teman-teman yang sehat dan kuat di PAUD Tunas Beringin.” 

“Baik, ayah Sagar.” Inara, Hana dan Dera tampak berbincang sambil menunjuk susu pilihannya. Sedangkan Nabil berlari-lari memegang satu persatu anggota Keluarga Susu.

“Kami mempunyai 3 anak, kenalkan kakak Mili, abang Milpo dan ade Switi.” “Anak-anak silakan perkenalkan diri kalian pada teman-teman kita di PAUD Tunas Beringin.” Ayah Sagar menutup perkenalan sekaligus meminta anak-anaknya memperkenalkan diri masing-masing.

Kakak Mili maju ke depan menggantikan posisi ayah Sagar. “Halo teman-teman, aku biasa dipanggil kakak Mili,” kakak Mili mengawali dengan ramah. “Aku adalah susu cair atau milk liquid atau orang banyak menyebut dengan UHT, yaitu susu yang dipanaskan dalam suhu tinggi dalam waktu tertentu sehingga tahan lebih lama.” “Susu UHT praktis dibawa dan mudah didapatkan di toko atau warung sekitar kita. Kalau teman-teman minum susu UHT harus segera dihabiskan ya.. agar kebersihan susu tetap terjaga.” “Anak yang sudah berusia 1 tahun boleh minum susu UHT.”

“Hai kawan-kawan yang baik, perkenalkan aku, abang Milpo,” sapa abang Milpo dengan sopan. “Aku adalah susu bubuk atau milk powder; susu kering yang diolah dan dipanaskan di pabrik. Aku disajikan dengan cara diseduh dengan air hangat. Abang Milpo banyak dibuat oleh ibu-ibu untuk susu botol anaknya yang berusia diatas 1 tahun sebagai susu formula. Milpo juga ada untuk susu remaja dan orang dewasa lho.”  Demikian abang Milpo mengenalkan dirinya.

“Teman-teman, ada yang sudah kenal dengan aku?” tanya ade Switi 

“Susu kaleng.” “Susu kental manis.” “Ade Switi.” Anak-anak menjawab sesuai yang didengar dalam versinya masing-masing.

“Baiklah teman-teman, perkenalkan aku Switi, aku dari keluarga susu tapi bukan susu karena lebih banyak lemak dan gula dibanding kandungan gizi, kalsium dan protein,” perkenalan awal ade Switi jujur. “Di dalam Keluarga Susu aku dipanggil si Kental Manis. Teman-teman, aku akan lebih tepat bila digunakan untuk membuat kue atau sebagai toping makanan karena rasaku yang manis.”  

“Apakah di antara teman-teman ada yang masih menggunakan aku sebagai minuman susu di gelas?” Switi berinteraksi dengan anak-anak PAUD. 

“Aku dulu minum susu Switi, sekarang minum susu bubuk abang Milpo,”  Nabil menjawab senyum-senyum sambil menunjuk abang Milpo. 

“Terima kasih sayang,” Switi berterima kasih dengan jawaban Nabil, satu-satunya anak laki-laki di kelompok Matahari. 

“Bagus sekali sudah diganti susu bubuk abang Milpo ya Nabil, karena bila kental manis digunakan sebagai minuman susu akan menyebabkan karies gigi, kegemukan atau obesitas, menghambat pertumbuhan bahkan bisa menyebabkan penyakit diabet.”  

“Kalau di kulkas aku, ada susu UHT kakak Mili rasa coklat dan stroberi, karena aku suka rasa stroberi dan abang suka rasa coklat.”  Dera menceritakan keadaan di rumahnya, karena mama Dera seorang guru, sehingga menyiapkan susu untuk Dera dan abangnya di kulkas.

Inara ikut bercerita, “Umi Nara membeli susu UHT kakak Mili atau susu bubuk abang Milpo di warung depan rumah, karena Nara atau abang suka dua-duanya.”

“Baiklah terima kasih teman-teman semua untuk berbagi ceritanya. Mulai sekarang, gunakanlah keluarga susu sesuai dengan manfaatnya supaya kita semua tumbuh sehat, kuat dan cerdas. Konsumsi makanan yang bergizi, Jangan lupa makan sayur, buah dan minum susu. Boleh juga ditambah madu,” ayah Sagar mengingatkan.

“Pesan ibu pada anak-anak, pakailah selalu maskermu, selalu cuci tangan dengan sabun untuk menjaga kebersihan diri. Sementara ini bermain di rumah dulu bersama kakak-kakak dan adik-adik kalian dan tetap menjaga jarak seperti kita senam. Bersabar dan terus berdoa agar masa pandemi ini segera berlalu.” Ibu Kolos menutup perbincangan sebelum pamit pulang.

Lagu Ungkapan Terima Kasih 

Sebagai ungkapan terima kasih pada Keluarga Susu, anak-anak menyanyikan lagu ‘Posyandu’ dan lagu ‘Ayo Mencuci Tangan’ ala Tunas Beringin, sebuah irama lagu ‘Naik-Naik ke Puncak Gunung’ ciptaan ibu Sarijah Niung atau lebih dikenal dengan nama Ibu Sud. Syairnya diubah oleh bunda Wulan waktu anak-anak PAUD Tunas Beringin berpartisipasi dalam lomba yang diselenggarakan Puskesmas Kecamatan beberapa tahun yang lalu.

        Ayo kawan mencuci tangan sebelum kamu makan

Beri air tambahkan sabun gosok depan belakang

Gosok-gosok sela jarimu, gosok kunci jarimuuu

Gosok ibu jari dan kuku, bilaslah dengan air.

Bersih deh!

“Terima kasih teman-teman, bagus sekali lagunya,” demikian ibu Kolos mengakhirkan. “Terima kasih ayah Sagar, ibu Kolos, kakak Mili, abang Milpo dan ade Switi.” “Senang berkenalan dengan kalian, hati-hati di jalan, sampai bertemu lagi.” Anak-anak dan bunda di PAUD Tunas Beringin mengantar Keluarga Susu pulang sampai di depan pintu pagar. Tampak bunda Tati menyerahkan kotak souvenir pada ibu Kolos. Sekitar 30 menit keluarga susu bertandang di PAUD Tunas Beringin, semua mendapat pencerahan, semua merasa senang. 

Waktu istirahat digunakan anak-anak bermain perosotan, jembatan gantung, jungkat-jungkit atau apa saja yang mereka ingin mainkan. Ada juga yang mendatangi rak buku sambil membaca-baca buku yang menarik untuknya. Keterbatasan waktu yang hanya satu hari dalam seminggu di sekolah, membuat mereka ingin berlama-lama bermain bersama.

Kegiatan Yang Menyenangkan

Wow.. anak-anak penasaran, semakin tak sabar mengikuti kegiatan. Ketika melihat ruangan sudah disulap para bunda menjadi dapur dengan 3 meja tempat kegiatan. 

Bunda Wulan mulai memperlihatkan dan menjelaskan bahan-bahan yang sudah disiapkan di meja; ada air hangat, telur, mentega, tepung terigu, gula, susu bubuk, susu kotak cair juga kental manis berwarna putih dan coklat. Ada peralatan masak; kompor meja , wajan teflon dengan berbagai macam bentuk lengkap dengan penyungkilnya. Di wadah lain, bunda Wulan sudah membawa adonan dari telur, mentega, sedikit gula dan tepung terigu. Anak-anak memperhatikan dengan seksama.

Imajinasi anak-anak mulai bereksplorasi. 

“Asiiik.., kita mau bikin kue ya bun?” Dera memecah keheningan sesaat. 

“Bunda, aku mau toping switi coklat seperti ular melingkar.” 

“Bunda toping aku switi putih gambar wajah.” 

“Aku mau masak sendiri ya bun..”  

“Aku bisa buat minuman milpo sendiri bunda.” Demikian sahutan Inara, Dera, Nabil dan Hana yang antusias ingin segera memulai kegiatan. 

“Di meja merah teman-teman boleh membuat pancake sesuai bentuk yang diinginkan. Di meja kuning, silakan bila teman-teman membuat minuman susu milpo dan di meja hijau teman-teman bisa memilih warna switi untuk toping kue sesuai yang diinginkan setelah itu kita makaaan…” 

“Yeeyyy…,”  anak-anak bersorak senang..

“Ada kejutan lagi, bunda Wulan ada hadiah susu kotak mili yang boleh dibawa pulang, apabila teman-teman menjalankan sesuai peraturan.”  “Apa aturannya?” bunda Wulan bertanya kembali. Anak-anak langsung mengulang urutan ikrar ‘Peraturan Di Kelasku’ tanpa diminta.

“Terima kasih teman-teman. Jangan lupa sebelum makan mencuci tangan pakai sabun juga berdoa sebelum dan sesudah makan.” 

“Siap bunda!” Inara bersemangat.

   Anak-anak mulai bereksplorasi di meja merah didampingi bunda Wulan. Mulai dari mengaduk-aduk adonan, ada yang menuang adonan pancake ke dalam bentuk yang dipilihnya. 

“Bunda aku mau bentuk bintang dan segitiga bun.” 

“Aku mau lingkaran dan bintang, tak mau segiempat.” Hana dan Inara sibuk memilih bentuk kue. 

“Bila menuangkan adonan, beri jarak antara wajan dan wajah, supaya aman,” bunda Wulan memberitahu teknik memasak sambil mencontohkan.   

Di meja kuning bunda Tati membantu menuang air matang hangat ke gelas. Anak-anak memasukkan 3 sendok makan susu bubuk ke dalam gelas berisi air putih. 

“Tangan kiri memegang gelas, tangan kanan memegang sendok sambil mengaduk susu ya,”  bunda Tati mengingatkan akan keseimbangan dalam mengaduk. 

“Bunda, air beningnya menjadi putih ya?”  Nabil berkomentar. 

  “Aku juga Bil,”  kata Dera sambil memperhatikan isi gelasnya.

“Betul. Susu bubuk larut di dalam air bening menyatu menjadi minuman susu,” bunda Tati menegaskan.

    Anak-anak menuangkan kental manis di atas kue masing-masing. Mereka memilih warna dan berkreasi sesuai keinginannya. Tanpa diminta, anak-anak menunaikan janjinya untuk bersabar menunggu giliran, mencuci tangan pakai sabun juga membuang sampah di tempat sampah. Tak lupa berdoa sebelum dan sesudah makan. 

Recalling

Tak terasa waktu sudah menunjukkan 10.30 anak-anak akan bersiap pulang. Semua anak dan bunda sibuk mengembalikan peralatan yang sudah digunakan. Mereka kembali duduk melingkar memasuki Kegiatan Penutup.

“Bagaimana perasaan teman-teman hari ini?” bunda Wulan biasa mengawali dengan pertanyaan tersebut.

“Senaaang.” “Senang sekali,”  anak-anak menjawab dengan gembira. 

“Nara kenyang bun,” sahutan Inara sambil memegang perutnya, memecah tawa di ruangan sederhana itu.  

“Tadi kita kedatangan siapa ya?”  

“Siapa yang masih ingat nama-nama Keluarga Susu?”

“Siapa bisa menceritakan, bagaimana cara membuat pancake?”

“Bentuk kue apa saja yang kita masak tadi?” 

“Apa warna toping yang kalian pilih?”

“Bagaimana rasa kuenya?”

“Siapa yang membuat minuman susu sendiri, bagaimana cara membuatnya?” 

“Bagaimana rasa susunya?” 

Anak-anak menjawab pertanyaan bunda sambil mengingat-ingat apa yang sudah dilakukannya. 

Mereka senang memasak kue dan membuat minuman susu sendiri. Mereka pikir mereka sedang bermain masak-masakan, padahal bunda-bunda sedang menstimulasi aspek-aspek perkembangannya mulai nilai agama dan moral, fisik motorik, begitu banyak aspek perkembangan kognitif, sosial emosional, bahasa dan seni. Bermain yang bermakna, membuat semua anak distimulasi agar berkembang optimal. 

Setelah berdoa dan menyanyikan lagu ‘Sayonara’, bunda Wulan dan bunda Tati membagikan hadiah susu UHT sesuai janjinya.

Senja Yang Mengejutkan Mama

Kala langit bergelayut awan senja, Hana sedang bermain lego di ruang keluarga. Ada potongan nanas madu kesukaannya di atas piring melamin oren. Mama baru saja selesai memberikan ASI pada adik bayi Fayyadh sambil bersenandung Shalawat Nabi.

“Mama, aku boleh tanya?” tanya Hana menoleh ke mama, sambil merapikan lego yang berantakan.

“Boleh, kenapa kakak?”

“Apakah waktu bayi, aku juga minum ASI seperti adik Fayyadh?” tanya Hana tiba-tiba mengejutkan mama, karena mama tak merasa membedakan anak-anaknya. 

“Tentu, mama kasih ASI sayang, seperti adik Fayyadh ini, malah kakak sampai usia hampir dua tahun,” mama memberi jawaban. 

“Lama ya ma? Apakah aku menyusahkan mama, minum ASI sampai dua tahun?” 

“Tentu tidak sayang, malah mama bahagia sekali bisa memberi kakak ASI yang lebih lama,” jawab mama sambil menahan rasa kaget dengan kalimat tanya putrinya.

“Kata ibu Kolos, minum ASI enam bulan saja, tidak sampai dua tahun,” sambil menunjukkan 6 jarinya.

“Pemberian ASI 6 bulan pada bayi secara terus menerus, namanya ASI Eksklusif. Kakak juga melaluinya. Namun setelah itu asupan bayi diberi tambahan seperti biskuit, bubur  bayi juga susu formula supaya tumbuh lebih sehat dan kuat.” “Ibu Kolos itu siapa kak?”

Tiba-tiba Hana berdiri dan  memeluk mama sambil berkata, “Terima kasih mama telah memberi aku ASI waktu  masih bayi, sehingga aku tumbuh sehat dan tidak mudah sakit.”  Ia tak menjawab pertanyaan mama.

Mamapun membalas pelukan sang putri dengan rasa sayang dan cinta sepenuh jiwa. Sang bayi mungil yang lahir di masa kandungan usia 33 minggu dulu, kini sudah semakin besar dan pintar. “Bagaimana pengalaman kakak di sekolah tadi siang?” Mama memecah suasana 

Hana bercerita tentang Keluarga Susu dan menyampaikan bahwa susu kaleng; sebutan mama untuk si kental manis, itu adalah switi. Switi untuk toping kue, bukan untuk diminum. 

Mama dibuat terkejut untuk kedua kali mendengar cerita putrinya. Apakah cerita kakak benar? Sebuah tanya yang akan ia cari jawabnya.

Parenting, Sekolahnya Ibu-Ibu

Masa pandemi selama wabah virus C19 melanda tanah air ini, mengubah banyak tatanan kehidupan di segala lini. Ibu-ibu tidak lagi dalam zona dapur, sumur dan kasur, seperti istilah dahulu untuk area ibu rumah tangga.  Banyak hikmah yang bisa dipetik di masa pandemi ini, antara lain : semua orang harus melek teknologi, melaksanakan pola hidup bersih dan sehat di setiap saat juga merekatkan hubungan antar keluarga. Termasuk orang tua  sebagai guru di rumah bagi anak-anaknya.  Hadis Nabi yang berbunyi ‘Al ummu madrassah al Ula’,  sangat kental artinya bagi mereka yang memaknai ‘Ibu adalah madrasah pertama bagi anak’.

Tak ketinggalan ibu-ibu di Kelompok Bina Keluarga Balita Tunas Beringin sudah mulai meng-update  teknologinya. Jumat sore di pekan terakhir tiap bulan, sudah menjadi kesepakatan orang tua murid bahwa kegiatan parenting tetap dilaksanakan untuk menjadi wadah tanya- jawab, informasi dan komunikasi selain grup yang ada di fasilitas WhatsApp. Para pendidik juga banyak berharap kegiatan Parenting yang memanfaatkan aplikasi zoom meeting, google meeting atau video call grup menjadi penting sebagai wadah diskusi dan pemeliharaan metode pembelajaran anak selama di Belajar Dari Rumah agar tetap berada di jalur yang diharapkan.

Lepas sholat Ashar, terdengar sholawat Allahul Kaafi dari dering handphone bunda Wulan. Ia langsung mematikan kompor yang sedang memanaskan sayur untuk keluarga.  Jadwal pertemuan orang tua sore itu dilakukan melalui video call grup yang bisa menampung 8 peserta.

“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh,” salam pembukaan dimulai oleh mama Fina selaku Ketua Komite. 

“Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh,” serempak seluruh peserta menjawab salam. “Apa kabar bunda Wulan dan mama-mama sholihah?” 

“Alhamdulillah, kabar baik mama Fina.” 

Materi sore ini adalah “Menjaga Kesehatan Keluarga dan Lingkungan di Masa Pandemi. Yang akan menyampaikan materi adalah Dr Neni; nenek Fina yang saat ini beliau bertugas sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Tebet Barat, Jakarta Selatan. 

Nenek Fina mulai menyampaikan materinya, bahwa pola hidup bersih dan sehat dimulai dari kebiasaan kecil di dalam keluarga.  Menjaga asupan gizi termasuk buah dan sayur yang cukup termasuk air putih dan susu. Selain itu waktu bekerja atau belajar dan istirahat yang cukup, olah raga yang terukur dan teratur, menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Dan seterusnya… 

Pada akhir sesi kegiatan parenting diisi dengan sesi tanya jawab atau saling berbagi informasi. Mama Hana mohon izin untuk mengkonfirmasi sebuah cerita Hana pada kegiatan PAUD.

“Dokter dan bunda, kemarin sore Hana cerita tentang keluarga susu yang berkunjung ke PAUD…,” mama Hana bercerita secara singkat. “Cerita Hana, bahwa susu kaleng itu switi bukan untuk diminum, apakah beritanya benar?” 

“Betul bu, saat ini sudah mulai disosialisasikan bahwa Susu Kaleng atau Susu Kental Manis itu mengandung lemak dan gula yang tinggi, sedangkan gizi, kalsium dan protein malah rendah. Sehingga tidak digolongkan ke dalam kelompok susu, namun lebih kepada pemanis.” Dokter Neni menjelaskan dari sisi gizi.  “Kebanyakan anak yang dulu minum susu dengan SKM ini, giginya mengalami karies bahkan dapat menimbulkan penyakit diabet. Bahkan yang lebih parah dapat menyebabkan stunting atau kekerdilan pada anak.”

Bunda Wulan menambahkan, “Cerita Hana benar mama. artinya Hana memperhatikan informasi yang disampaikan Keluarga Susu di PAUD  kemarin dan Hana mengingatnya.” Bunda Wulan menginformasikan pada mama Hana dan orang tua yang hadir, bahwa Kental Manis itu pemanis dan bukan susu, sehingga lebih tepat digunakan sebagai tambahan untuk membuat kue, sebagai toping kue atau bisa juga sebagai sirop. Bila ada mama yang masih memberikan susu kental manis sebagai minuman susu, sebaiknya segera diganti untuk menghindari dampak penyakit yang mungkin dapat timbul sesudahnya seperti penjelasan dokter Neni.”

Mama Hana mengucapkan terima kasih atas penjelasannya dan dalam hatinya berjanji untuk tidak mengkonsumsikan kental manis sebagai pengganti minuman susu pada putra putrinya, sebelum terlambat.

Rasa Syukur pada Ilahi

Bahagia dirasakan bunda Wulan malam itu. Di sisa sepertiga malam, ia berkomunikasi dalam sujud pada Tuhan-Nya. Ada pinta dalam tetesan air matanya, “Izinkan aku terus mencintaiMu yaa Robbi, agar aku terus dapat bersyukur padaMu, Kau berikan aku kesempatan untuk mengukir kertas putih agar menjadi indah dan cemerlang. Mohon bimbinganMu Sang ’Aliim, agar diberikan percikan ilmuNya untuk disampaikan pada generasi keemasan bangsa dalam situasi apapun.” Yang tak terlupa, permohonan agar Allah limpahkan nikmat sehat dan segala rizki yang barokah.

Bagi seorang pendidik sejati, hampir tak dapat dibedakan  antara anak kandung dan anak didik. Sama-sama diperlakukan optimal dalam memberikan bekal pada zaman mereka nanti. Apa yang dilakukannya semata-mata lillahi ta’ala.

Sambil mengulang-ulang hafalan asmaul husna, terdengar sayup-sayup suara dari spiker masjid membangunkan jamaah untuk bersiap-siap bangun . Ia berdiri menuju kamar anak-anaknya, untuk dibangunkan segera agar tidak terlambat sholat subuh. 

Di setiap akhir doanya, selalu ada bagian permohonan doa, “Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyyatinaa qurrota a’yun. waj’alna lil muttaqiina imaamma.”  “Yaa Allah anugerahkan pada kami pasangan dan keturunan sebagai penyejuk hati dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” 

Setelah selesai dari rangkaian ritual sholat subuh, bunda Wulan membuka jendela ruang tamu di rumah sederhana nan asri, udara sejuk menyeruak ke dalam ruangan. Ada tanya dalam dirinya, “Kemana Switi dan Keluarga Susu yang penuh inspirasi akan bertamu, hari ini? Keluarga imajinasi yang dengan tulus meluruskan pandangan yang kurang tepat di masyarakat. Agar masa depan generasi yang akan datang tumbuh lebih sehat, kuat dan cerdas. Tumbuh dengan gigi yang bagus, tulang yang kuat dan kesehatan yang prima.”

Tergores dalam hatinya; Yaa Salaam, ingin ku dermakan jiwa ragaku untuk Pendidikan Anak Usia Dini bagi bangsa ini, sebagai amal jariah yang dapat menerbangkanku ke JannahMu membawa orang tua dan keluarga tercinta.

Matahari belum lagi tampak, namun aura sinarnya sudah merasuki semangat bunda Wulan menyongsong pagi dengan sejuta karya untuk lingkungannya.  

– Wiwiek Triwulandari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

English EN Indonesian ID