“ Kukuruyukkkkk…” mentari pagi mulai menyinari bumi kita, planet biru terindah yang penuh kehidupan flora dan fauna. Ayam bergegas melakukan tugasnya, berkokok dengan lantang. Selanjutnya, induk ayam  membangunkan anak-anaknya untuk belajar mencari makan. Induk ayam membantu mencakar-cakar tanah  dan memimpin arah berjalan. Dari kejauhan muncullah si bebek. Teman ayam yang sangat pintar bicara. Ada saja bahan perbincangan mereka setiap harinya. 

“ Kwekk … Kwekk… apa kabar  yam? Hari ini ada sesuatu yang menarik untuk aku beritahukan padamu!” seru bebek dengan antusias.

“ Petok… petok… kabarku baik seperti yang kau lihat bek. Pemilikku sangat memperhatikan kebersihan kandangku, makanan serta mengecek kesehatanku. Rasanya seperti raja yang berada dalam istana” ujar ayam.

“ Kwek…Kwek, ah kau berlebihan yam. Memang kita ini kan hewan unggas. Hidup dalam kandang yang harus berjarak dengan pemukiman penduduk. Agar kesehatan semua terjaga, juga tidak menimbulkan polusi udara alias bau, kweekkk…kweekkk…kwekkkk” sanggah si bebek dengan jenaka.

“ Eh, kau sedang apa mampir ke sini bek? Tadi kau bilang ada hal menarik yang ingin kau sampaikan? Petok ” seru ayam. 

“ Begini yam, kemarin, pemilikku Pak Rudi memberikan Reza (anaknya) makanan yang menurutku berbahaya. Aku saja tidak suka rasanya saat mencoba mencicipi remah-remah yang terjatuh di genangan air dekat rumah” jelas bebek.

“ Memangnya makanan apa yang di berikan oleh Pak Rudi ?” tanya ayam. 

“ Pak Rudi memberikan jajanan kemasan yang terdapat pewarna dan penguat rasa di dalamnya. Aku saja yang seekor bebek sangat tidak menyukainya. ” bebek menjelaskan dengan memajukan paruhnya yang panjang.   

“ Maksudmu makanan tersebut tidak menyehatkan dan berbahaya untuk anak-anak ?” tanya ayam.  

“ Ya, benar! Setahuku, Bu Rudi pernah mengingatkan keluarga di rumah untuk menghindari makanan dan minuman tinggi gula, garam dan lemak. Selain tinggi MSG, jajanan kemasan tadi juga mengandung garam dan gula yang tinggi. Kalau aku sih tidak tahu kandungan lemaknya, karena aku hanya seekor bebek, kweekkk…kweekkk…kweekkk” ucapan bebek membuat ayam pun tertawa.

“ Bek, kau berfikir kritis juga yah. Pasti kau sayang keluarga yang memeliharamu, bukan begitu ?”

“ Tentu saja, yam. Mereka sangat baik kepadaku, bukan hanya mengambil telurku tapi juga memberiku tempat hidup yang layak” seru bebek mengenang kebaikan pemiliknya.

Tak lama kemudian, anak-anak ayam menghampiri induk ayam tersebut. Mereka melapor bahwa telah selesai berjalan-jalan dan mencari makan. Segera induk ayam memimpin jalan untuk memasukkan anak-anaknya kembali ke kandang. Memastikan keamanan anak-anak dan menghitung jumlahnya, khawatir jika ada yang tertinggal. 

“ Petok…petok…kalian beristirahatlah dahulu. Ibu ada sedikit keperluan dengan Bu Bebek, kalian tunggulah disini. Hanya sebentar ” jelas induk ayam.

“ Petok… benar kan bu hanya sebentar ?” tanya salah satu anak ayam memastikan janji sang induk.

“ Benar sayang. Ibu hanya sedikit berbincang, setelah selesai akan Ibu ajari kalian berkokok lagi.”

“ Wah, Asyik! Ya sudah bu, cepetan yah” Seru anak ayam sambil berloncatan.

Induk Ayam pun kembali mencari bebek. Ternyata ia sedang asyik minum di dekat kandang ayam. Bebek Minum dengan menggunakan paruhnya yang masuk ke dalam ember. Ada saja tingkah laku aneh si bebek. Mereka memutuskan berteduh di dekat kandang ayam agar tidak kepanasan.     

“ Petok…Aku ingat dulu kau pernah bercerita tentang Reza yang giginya benar-benar bermasalah hingga akhirnya rusak dan sulit mengunyah. Apa jajanan itu salah satu penyebabnya ?” tanya ayam memulai pembicaraan.

“ Ya, benar! Itu salah satu penyebabnya. Segala jenis makanan dan minuman yang tinggi gula, garam dan lemak harus dihindari. Supaya kita tumbuh menjadi anak sehat dan cerdas” bebek meyakinkan ayam. 

“ Cerdas juga kau bek. Bisa di adu dengan pakar kesehatan petok…petok…petok ” goda ayam.

“ Oh, tentu saja!” bebek pun bangga karena ia mempunyai pengetahuan yang luas.

“ Eh bek. Kau belum menjelaskan tentang minuman tinggi gula. Jika kau bisa, akan ku panggil kau ahli gizi ” tantang ayam kepada bebek.

“ Siapa takut!” bebek mengangkat kepalanya lebih tinggi lalu melanjutkan penjelasannya.

“ Dengarkan baik-baik! Penyebab lain gigi Reza rusak adalah karena ia mengkonsumsi kental manis secara rutin. Dokter gigi menjelaskan bahwa kental manis bukanlah susu, ia hanya digunakan untuk sajian pelengkap makanan seperti pengganti gula pada es dan kopi serta dioleskan pada roti atau camilan lainnya. Kental manis juga tinggi kandungan gula. Bayangkan setiap sachetnya mengandung 22 gram gula, sedangkan Reza hanya butuh kurang dari 33 gram gula setiap hari. Jika berlebihan, gigi dan pertumbuhan Reza bisa terganggu. Bayangkan ketika Reza minum rutin 3 kali sehari berarti gula yang sudah dikonsumsinya sudah 66 gram” bebek menjabarkan secara rinci. 

“ Pandai berhitung juga kau bek. Aku salut padamu, ahli gizi benar kau” mata ayam berkilauan memandang penjelasan bebek. Ia sungguh terpukau akan kehebatan temannya itu.

“ Kita ini kan binatang cerdas dan mencerdaskan anak-anak juga lho yam, benar tidak ? kweekkk…kweekkk…kweekk” bebek tertawa terpingkal-pingkal disusul ayam.

“ Petokk…petok…petok…” jawab ayam diiringi tawa. 

“ Eh tapi jika kental manis bukan susu, kenapa ada orang yang mengkonsumsi kental manis dalam gelas yang diberi air? Warnanya pun menarik ada putih dan cokelat. Menggiurkan!”  ayam mencoba mengetes teman nya kembali.

“ Memang sangat disayangkan masih banyak ibu-ibu yang menyuguhkan kental manis dalam gelas dan dot. Padahal itu bukanlah susu pertumbuhan, hanya sekedar sajian pelengkap makanan” bebek menjelaskan dengan menjulurkan paruhnya di genangan air. Mencoba meredakan rasa kecewadan haus nya. 

“  Oh, begitu yah bek. Aku baru paham sekarang tentang kandungan kental manis dan cara penggunaannya. Jika ini terjadi terus menerus, apa yang terjadi dengan anak-anak Indonesia bek?”

“ Anak-anak Indonesia akan mengalami gizi buruk, salah satu tandanya yaitu stunting atau pendek, tidak sesuai dengan standar usia nya. Menurut UNICEF tahun 2019, Indonesia menghadapi masalah gizi yang tinggi yaitu lebih dari 7 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting. Sudah melebihi ambang batas WHO, yaitu organisasi kesehatan dunia” ujar bebek

“ Kawan, sepertinya kau benar-benar bebek ajaib. Sudah di atas ahli gizi, petok…petok…petok…” ayam menggeleng-gelengkan kepalanya tanda terpukau untuk kesekian kalinya.  

“ Selain gizi buruk, adalagi efek mengkonsumsi minuman tinggi gula secara rutin yaitu obesitas alias terlalu gemuk, tidak sehat, tidak lincah dan pertumbuhan yang lainnya pun terganggu. Hati-hati lho yam, aku saja tidak mau terlalu gemuk, sulit berjalan dan membuatku tidak nyaman bermain bersama hewan lainnya” seru bebek bangga akan tubuhnya yang sehat dan kuat dengan mengibaskan sayap indahnya.

“ Ilmu gizi mu patut diacungi jempol bek. Tapi, aku sudah berjanji segera kembali pada anak-anakku, bisakah kita lanjutkan di lain waktu ?” tanya ayam.

“ Tentu saja kawan, tak usah risau. Masih banyak waktu untuk kita bercengkrama. Tapi, kau berjanji yah tidak mengkonsumsi kental manis sebagai menu tunggal (satu-satunya sumber gizi atau meminumnya dalam gelas berisi air)” bebek mengingatkan.

“ Aduh, istilah yang kau gunakan banyak sekali bek! Aku jadi bingung, petok…petok…. Aku ini hanya seekor ayam, bek” kerlingan ayam membuat ke duanya tertawa bersaman, mengingat mereka hanyalah hewan unggas yang dipelihara manusia di bumi. Mereka pun berjalan saling menjauh. Pulang menuju kandang masing-masing. 

Si bebek dan ayam berharap banyak pada manusia. Berharap bahwa manusia menggunakan sebaik-baiknya kesempurnaan yang Tuhan berikan berupa akal. Mempelajari makanan dan minuman yang sehat dan bergizi untuk kehidupannya. Agar generasi manusia selanjutnya lebih baik di masa mendatang.

“ Kweekkk…kweekkk…petok…petok…”

– USI NUGRAHENI, S.Pd

Referensi :

https://youtu.be/QyRYMQOQ_Nw

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

English EN Indonesian ID