Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fakta yang ada di masyarakat tentang penggunaan Susu Kental Manis (SKM) sebagai minuman harian anak di Kendari dan Batam. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian campuranatau mix method. Adapun metode yang dipakai adalah survey dan wawancara dengan Teknik random sampling representative. Selanjutnya penelitian ini berlokasi di Kendari dan Batam dengan total responden untuk kedua daerah adalah 700 responden dengan rincian 400 responden di daerah Kediri dan 300 responden di daerah Batam. Data yang didapat dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis dan disajikan datanya menggunakan teknik naratif deskriptif. Setelahnya berdasarkan data yang diperoleh penelitian ini berkesimpulan bahwa penggunaan SKM sebagai minuman harian anak di Kendari dan Batam menemui beberapa fakta yang baru terungkap seperti persepsi masyarakat yang salah mengenai SKM terbentuk utamanya karena iklan produk dan kemasan. Adapun persepsi yang salah yaitu menganggap SKM adalah susu yang baik bagi pertumbuhan dan diberikan kepada anak sebagai pengganti ASI/sebagai susu lanjutan setelah ASI/MPASI, yang mana dalam hal ini disebabkan oleh persepsi yang salah dan ketidaktahuan terhadap dampak SKM yang dapat menimbulkan diabetes, obesitas dan gizi buruk pada anak (stunting).Kata Kunci: Susu Kental Manis, Stunting, Gizi Buruk.
Abstract
This study aims to determine the facts that exist in the community about the use of Sweetened Condensed Milk (SKM) as a daily drink for children in Kendari and Batam. This type of research is a mixed research or mix method. The method used is survey and interview with representative random sampling technique. Furthermore, this research is located in Kendari and Batam with a total of 700 respondents for the two regions with details of 400 respondents in the Kediri area and 300 respondents in the Batam area. The data obtained in this study were then analyzed and presented using descriptive narrative techniques. After that, based on the data obtained, this study concluded that the use of SKM as a daily drink for children in Kendari and Batam encountered some newly revealed facts such as the wrong public perception of SKM was formed mainly because of product and packaging advertisements. The wrong perception is that SKM is milk that is good for growth and is given to children as a substitute for breast milk/as follow-up milk after breastfeeding/MPASI, which in this case is caused by wrong perceptions and ignorance of the impact of SKM which can cause diabetes, obesity and malnutrition in children (stunting).
Keywords : SKM, Stunting, Malnutrition.
Pendahuluan
Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah serius yang sedang dihadapi oleh Indonesia. Tahun 2017, Gizi buruk kronis (stunting) masih menjangkiti 27,5 persen atau 6,5 juta anak Indonesia. Sedangkan menurut Survei Status Gizi Balita Nasional pada tahun 2021 angka stunting masih mencapai 24,4% atau sekitar 5,53 juta bayi mengalami stunting. Stunting sendiri dalam definisi KEMENKES RI (2016) adalah kondisi dimana anak mengalami kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lamaakibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting bisa terjadi dimulai dari janin masih dalam kandungan dan baru nampak ketika anak usia dua tahun. Selaras dengan pengertian KEMENKES RI, stunting menurut bloem dalam hoffman (2013) adalahbentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung dari semasa kehamilan sampai usia 24 tahun. Kasus stunting ini menjadi hal yang memerlukan perhatian lebih karena menurut Unicef Indonesia (2013) anak yang terindikasi stunting memiliki kondisi fisik yang lebih rentan terhadap penyakit tidak menular, dan menurut Picauly & Toy (2013) anak yang stunting memiliki peningkatan potensi resiko terhadap penyakit degeneratif. Dan anak stunting juga memiliki permasalahan yang signifikan karena berkaitan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangannya fisik dan mental terhambat sebagaimana yang disampaikan Lewat (1997) dan kusharisupeni, (2002) Oleh karena itu anak stunting dapat memberikan dampak buruk yang cukup besar baik bagi penderita maupun negara dalam lingkup yang lebih besar lagi.Adapun dampak buruk dari stunting bagi si penderita adalah menjadikan kognitif penderita menjadi lemah dan psikomotorik terhambat.Selanjutnya, penderita mengalami kesulitan dalam menguasai sains dan olahraga karena terpengaruhnya faktor kognitif maupun psikomotor. Penderita stunting umumnya juga lebih rentan terhadap penyakit terutama penyakit degeneratif (penyakit yang muncul seiring bertambah usia) seperti obesitas maupun diabetes melitus (Sawaya & Robert, 2003). Selanjutnya, stunting juga berperan dalam menurunnya kualitas sumberdaya manusia usia produktif yang mana muara dari dampaknya adalah terganggunya sistem kesehatan nasional serta dapat mengakibatkan kerugian ekonomi jangka Panjang bagi Indonesia menurut data Bappenas (2018). Pada tahun 2018 bermunculan berita tentang gizi buruk yang terjadi di Kota Kendari Sulawesi Tenggara dan Batam, Kepulauan Riau dimana diberitakan balita mengalami gizi buruk yang diakibatkan oleh konsumsi Susu Kental Manis (SKM). Dalam berita yang tersebar bahwa ibu balita memberikan SKM sebagai pengganti ASI hingga menyebabkan anak mengalami gizi buruk, mereka beranggapan bahwa SKM adalah susu yang bisadikonsumsi oleh anak-anak. Hal ini tentu tidak terlepas dari kandungan SKM itu sendiri yang ternyata lebih dari 50% kandungannya adalah gula bukan susu. Selanjutnya sangat jelas bahwa kasus yang ditemukan ini sangat kontraproduktif di tengah gencarnya kampanye Germas dan Pentingnya Asupan Gizi pada 1000 HPK oleh Pemerintah Indonesia. Padahal mengenai 1000 HPK atau 1000 Hari Pertama Kehidupan sangatlah penting bagi pertumbuhan bayi. Bahkan menurut Perhimpunan Dokter Gizi Indonesia (PGMI) dalam kemenkes RI (2016) pentingnya 1000 HPK itu karena pada periode itu cikal bakal organ tubuh si anak mulai terbentuk. Namun permasalahan terkait 1000 HPK ini sehingga terjadi kasus yang disebutkan di atas pada daerah Kendari dan Batam tidak lain menurut Kemenkes RI (2016) diakibatkan oleh rendahnya akses informasi yang bisa didapatkan oleh ibu hamil. Selaras dengan kasus yang diangkat dalam pemberitaan, dijelaskan juga untuk memperkuat posisi kental manis dan dampaknya terhadap anak dalam seminar menyambut Hari Gizi Nasional 2018 Dr. dr. Damayanti Rusli S, SpA(K), Phd dari IDAI mengatakan bahwa SKM tidak boleh diberikan pada bayi dan anak, karena memiliki kadar gula yang tinggi, dan kadar protein yang rendah.Maka untuk mengidentifikasi lebih jauh mengenai dampak dari penggunaan SKM sebagai minuman harian anak penelitian ini dilakukan dengan tujuan hasil penelitian yang didapat akan berguna sebagai evaluasi kinerja instansi kesehatan dalam kampanye bebas gizi buruk, dan sebagai bahan edukasi gizi masyarakat.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian campuran atau mix method. Adapun metode yang dipakai adalah survey dan wawancara dengan Teknik random sampling representative. Pemilihan metode penelitian ini disandarkan pada kebutuhan di lapangan yang mana diperlukannya data yang lebih spesifik melihat ketersediaan data literatur terkait masih sangat minim terutama dalam lingkup daerah yang menjadi lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Mandonga, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara dan di Kelurahan Sagulung Kota, Kecamatan Sagulung, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Adapun waktu yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu untuk daerah Kendari dari tanggal 13-31 April 2018 dan untuk daerah Batam dari tanggal 6-14 April 2021.Penelitian ini menggunakan total responden penelitian sebanyak 700 responden dengan rincian 400 responden pada penelitian daerah Kendari dan 300 responden pada penelitian daerah Batam. Adapun kriteria khusus responden yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan dari penelitian adalah untuk daerah Kendari yaitu adalah orang tua atau ibu dengan rentang usia 16 –47 tahun yang memiliki anak usia 7 tahun kebawah. Sedangkan untuk daerah Batam yaitu orang tua atau ibu dengan rentang usia 19 –50 Tahun yang memiliki anak usia 7 tahun kebawah. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi faktual secara detail tentang kasus balita gizi buruk / stunting akibat mengkonsumsi SKM di daerah Kendari dan Batam. Selanjutnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat wawasan orang tua mengenai kategori pangan, keseimbangan gizi untuk anak dan penggunaan SKM dalam kehidupan sehari-hari. Setelahnya, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan SKM pada anak usia 5 tahun kebawah. Tujuan terakhir penelitian ini yaitu sebagai dasar atas rekomendasi yang akan diberikan kepada pemerintah atau pihak yang berwenang dalam pengambilan kebijakan publik di sektor kesehatan dan sebagai bahan edukasi gizi masyarakat. Sebagai penelitian yang ingin mengetahui dan mengungkap fakta sosial yang ada dilapangan menggunakan data yang valid mengenai penggunaan SKM sebagai minuman harian anak, maka diperlukan penetapan dan penyesuaian jenis penelitian, metode penelitian serta, teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini guna terwujudnya tujuan dari penelitian. Oleh karena itu, jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah mix method dengan metode survey wawancara dan Teknik random sampling representative. Adapun selanjutnya dalam penelitian ini analisis dan penyajian datanya menggunakan teknik naratif deskriptif.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian mengenai Penggunaan SKM Sebagai Minuman Harian Anak di Kendari & Batam menghasilkan beberapa temuanyaitu dari 400 responden daerah Kendari menghasilkan sebesar 97% responden memiliki persepsi bahwa SKM adalah susu. Adapun persepsi yang terbentuk sebesar 97% diakibatkan dari iklan produk televisi dan 14% dari informasi kemasan produk. Angka berbeda selanjutnya ditemukan di daerah Batam yaitu dari 300 responden sebesar 78% memiliki persepsi bahwa SKM adalah susu. Persepsi tersebut selanjutnya menurut data yang ditemukan sebesar 57% dibentuk dari informasi utama yaitu kemasan SKM dan 47% nya dari iklan produk di televisi.
Setelah mendapatkan data mengenai persepsi masyarakat terhadap SKM, dalam hasil survey penelitian yang didapatkan yaitu mengenai pemberian SKM sebagai minuman harian anak oleh ibu. Didapatkan data survey pada daerah Kendari sebanyak 32% ibu di Kendari memberikan SKM sebagai minuman susu harian kepada anaknya, sedangkan di Batam sebanyak 25% Ibu yang memberikan susu SKM sebagai minuman harian kepada anak yang berarti perbandingannya adalah 1 dari 3 ibu Kendari yang memberikan susu kepada anaknya sedangkan di Batam perhitungannya adalah 1 dari 4 ibu memberikan SKM sebagai minuman harian anak. Pada penelitian ini juga dicari tau faktor dan alasan utama pemberian SKM kepada anak oleh Ibu sebagai minuman harian. Adapun data terkait faktor dan alasan pertama yang ditemukan di daerah Kendari dan Batam adalah bahwa dari sisi anak tidak menginginkan susu yang lain, pada faktor dan alasan pertama ini di daerah Kendari ditemukan sebesar 76,2% memiliki faktor dan alasan tersebut dan pada daerah Batam sebesar 36%. Faktor dan alasan pemberian selanjutnya adalah dikarenakan faktor ekonomi. Ditemui pada daerah Kendari sebesar 14,6% beralasan pemberiannya adalah dikarenakan harga SKM yang terbilang murah, sehingga terjangkau untuk dibeli. Sedangkan di daerah Batam tidak ditemukan alasan demikian. Faktor dan alasan terakhir yang ditemui pada daerah Kendari maupun Batam adalah SKM dianggap bisa menjadi pengganti ASI/Sufor yaitu di Kendari sebesar 4,6% dan di Batam sebesar 12%.
Data selanjutnya yang didapat setelah faktor adalah data tentang frekuensi pemberianSKM pada anak, oleh orang tua serta pengetahuan mengenai produk SKM. Berikut datanya yaitu, untuk frekuensi pemberian SKM tercatat data yang ditemukan di daerah Kendari sebanyak 55,4% ibu memberikan SKM sebagai minuman susu kepada anaknya setiap hari sedangkan di batam sebesar 34,7%. Selanjutnya pemberian dengan frekuensi waktu 2 hari sekali di Kendari sebanyak 30,8% ibu memberikan SKM kepada anaknya sedangkan di Batam sebanyak 5,3% saja. Ditemukan juga, pemberian SKM sebanyak 1-2 kali dalam seminggu di daerah Kendari adalah sebanyak 12,3% dan daerah Batam sebanyak 20%. Sisanya pemberian dengan frekuensi waktu sebulan sekali untuk daerah Kendari adalah 1,5% dan untuk daerah Batam adalah 33,3% dan terakhir data ditemukan hanya di Batam sebanyak 6,7% untuk pemberian 2 kali dalam sebulan. Frekuensi pemberian SKM dalam sehari juga dijadikan data yang perlu dicari untuk diperhatikan dan dikaji. Ditemukan sebesar 56,2% Ibu di Kendari memberikan SKM 1 gelas dalam sehari sedangkan untuk frekuensi pemberian harian ini di daerah Batam adalah sebesar 53,3%. Adapun selanjutnya ditemukan persentase ibu yang memberikan 2 gelar SKM dalam sehari yaitu untuk daerah Kendari adalah sebesar 43,8% dan di Batam adalah sebesar 37,3% ibu. Temuan khusus selanjutnya mengenai frekuensi pemberian SKM harian dalam penelitian ini ditemukan ada sekitar 3% Ibu di daerah Batam yang memberikan 5 gelas dalam sehari. Terakhir di Batam juga ada yang memberikan 10 gelas sehari dengan persentase sebesar 1,3% Ibu.
Data penting yang ditemukan dalam penelitian ini juga termasuk mengenai pengetahuan orang tua terhadap SKM. Faktanya masih banyak orang tua yang yang tidak mengetahui bahwa kandungan SKM yaitu lebih dari 50% kandungannya adalah gula dan dapat menyebabkan penyakit dikemudian hari. Data ditemukan sebesar 78,5% ibu di Kendari yang tidak tahu bahwa SKM mengandung gula tinggi lebih dari 50%, sedangkan di Batam sebesar 44,7%. Sedangkan mereka yang mengaku tahu di kendari sebesar 21,5% dan di Batam 55,3%. Sebagian mengetahuinya dari rasa SKM yang sangat manis.
Pada poin selanjutnya mengenai dampak konsumsi SKM di daerah Kendari yaitu, anak menjadimalas makan sebesar 43,4%, diare 15%, sakit gigi 10,6%, obesitas 9,7%, kurang gizi 7,1%, diabetes 5,3% dan muntah 3,5%. Sedangkan di daerah Batam data yang didapatkan tentang dampak SKM yaitu untuk Diare 47,5%, obesitas 14,2% diabetes 8%, kurang gizi 6,8%5. Sakit gigi 6,8%, malas makan, 3,1%, Muntah 1,9%.
Data terakhir mengenai dampak SKM yang juga menjadi data utama yang dicari dalam penelitian ini juga mendapat hasil yang memprihatinkan. Ditemukan angka yang sangat rendah mengenai pengetahuan ibu bahwa SKM dapat menyebabkan gizi buruk pada anak, di daerah Kendari sendiri hanya 10,3% ibu yang mengetahui dampak gizi buruk yang disebabkan oleh SKM, dan pada daerah Batam ditemukan hanya sebesar 27,7% ibu yang mengetahui dampak ini. Berarti jika disimpulkan masih ada sebesar 89,9% ibu di Kendari dan 72,3% ibu di Batam yang tidak mengetahui dampak berbahaya ini.
Tidak terlepas dari data ini tentunya penelitian dilakukan juga sebagai upaya edukasi langsung kepada responden. Setelah mengetahui dampak tersebut penelitian diarahkan untuk mengetahui sikap yang menjadi keputusan para Ibu yang menjadi responden mengenai apa yang menjadi keputusan mereka terhadap SKM yang diberikan kepada anaknya. Ditemukan sebesar 63% ibu di Kendari memutuskan untuk tidak memberikan SK kepada anak, sedangkan di Batam sebesar 71,3%. Namun ada yang tetap memberikan karena anak terlanjur suka, di kendari sebesar 5,5% dan di Batam 3%. 8% masingmasing di Kendari dan Batam akan mengurangi pemberian SKMdan juga masih ada yang akan mempertimbangkan apakah akan memberikan SKM atau tidak yaitu di Kendari 22,5% dan di Batam 1,7%. 10,7% ibu di Batam akan memberikan jika anak meminta tidak sering kadang.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan tentang penggunaan SKM sebagai minuman harian anak di daerah Kendari dan Batam adalah sebagai berikut :Adanya persepsi masyarakat bahwa susu kental manis (SKM) adalah susu yang bergizi,informasi tersebut bersumber dari iklan produk di televisi dan dari kemasan produk. Masih banyak orang tua yang memberikan SKM sebagai minuman susu kepada anak, disebabkan karena anak terlanjur suka dan tidak mau diganti susu lainnya, anggapan orang tua bahwa SKM dijadikan sebagai pengganti ASI/Sufor dan karena harganya murah. Masyarakat belum banyak memiliki kesadaran untuk melihat komposisi yang ada pada kemasan SKM sehingga tidak mengetahui bahwa SKM mengandung gula yang tinggi. Namun, Sebagian mengetahui dari rasanya yang sangat manis. Tingginya tingkat konsumsi minuman SKM pada anak dapat memicu penyakit seperti obesitas, diabetes dan yang terparah adalah gizi buruk. Masih banyak orang tua/ibu yang tidak mengetahui bahwa SKM dapat memicu gizi buruk (Stunting) pada anak.
Daftar Pustaka
Bloem MW, Pee SD, Hop LT, Khan NC, Laillou A, Minarto, Pfanner RM, Soekarjo D, Soekirman, Solon JA, Theary C, WasantwisutE, 2013.Key strategies to further reducestunting in SoutheastAsia: Lessons fromthe ASEAN countries workshop. Food andNutrition Bulletin: 34:2Bappenas dan TNP2K. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) Periode 2018-2024. www.tnp2k.go.id Diakses pada tanggal 25 Juli 2022KementerianKesehatan Republik Indonesia (2016) Situasi Balita Pendek, ACM, SIGNALS APL Diakses pada 9 januari 2022 dari https://doi.org/10.1145/379277.312726Kemenkes. (2021). Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota tahun 2021. In Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–95Kemenkes (2016). Situasi Balita Pendek 2016. Jakarta Kementerian Kesehatan.Kemenkes, PGMI. (2016) CerdasMenjaga Gizi dalm 1000 Hari PertamaKehidupan. Jakarta.Kusharisupeni, 2002. Peran status kelahiranterhadap stunting pada bayi : sebuah studiprospektif, Jurnal Kedokteran Trisakti,2002,23: 73-80Lewit EM, Kerrebrock N. 1997Population-BasedGrowth Stunting, The Future Of ChildrenChildren And Poverty 7:2Picauly I, Magdalena S, 2013.Analisis determinandan pengaruh stunting terhadap prestasibelajar anak sekolah di Kupang dan SumbaTimur, NTT. Jurnal Gizi dan Pangan,8(1):55—6Sawata AL, R. S. (2003). Stunting and future risk of obesity: principal physiological mechanisms. Cad Sauda Publica.
Publikasi Jurnal Ilmiah dapat dilihat di Jurnal Pendidikan Tambussai
Add a Comment