Situasi global saat ini terbukti telah mengakibatkan krisis pangan dan energi yang berpengaruh terhadap semua negara di dunia. Mengantisipasi hal itu, Presiden Joko Widodo mengingatkan pentingnya menciptakan kemandirian pangan untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi generasi masa depan Indonesia.
Hal itu ia sampaikan Presiden Joko Widodo pada acara Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 Tahun 2022 yang digelar di Lapangan Merdeka, Kota Medan, Sumatra Utara, pada Kamis, 7 Juli 2022. Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung upaya penurunan angka stunting agar dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kepala Negara menargetkan agar angka kasus stunting di Indonesia dapat turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Senada dengan Presiden Jokowi, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, menargetkan penurunan prevalensi stunting di Sumatera Utara ke angka 12% tahun 2023 mendatang. Saat ini prevalensi stunting di Sumatera Utara sebesar 24 persen.
“Kami sudah berupaya menekan sekeras mungkin dan saya bersama walikota, bupati sepakat 2022 hingga 2023 kami tekan hingga 12%,” ujar Edy pada kesempatan tersebut.
Pemprov Sumut juga membentuk Tim Percepatan Penanganan Stunting agar penanganan stunting lebih konkret, efektif dan tepat sasaran. Tim ini juga bekerja sama dengan BKKBN, terutama tim pendamping keluarga untuk memaksimalkan penanganan stunting.
Sebelumnya, Ketua Advokasi Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Yuli Supriati mengatakan program-program penanganan akan lebih efektif apabila informasi mengenai stuntinhg tersebut sampai ke masyarakat dengan tepat. “Problemnya masih banyak masyarakat khususnya ibu-ibu muda yang tidak paham apa itu stunting. Mereka tahu, tapi tidak paham kenapa kita musti waspada dimasa 1000HPK ini agar tidak terjadi stunting,” jelas Yuli Supriati di sela-sela kegiatan edukasi bersama PP Aisyiyah di Kota Langkat, beberapa waktu lalu.
Senada dengan Yuli, Plt. Bupati Langkat Syah Afandin juga mengakui mengatasi stunting harus dimulai dari dasarnya, yaitu pemahaman masyarakat terutama kader kesehatan mengenai stunting.
“Dengan masuknya edukasi dari Aisyiyah pusat ini, besar harapan kita dapat membantu program penurunan stunting yang sudah ada di Kab. Langkat. Karena itu dari kita juga harus bantu, Dinkes dan PPKB bisa berkoordinasi, karena ini (penurunan stunting) memang harus dikerjakan bersama-sama,” ujar Syah Afandin, seperti di kutip dari Viva.co.id.
Lebih lanjut, Syah Afandin juga menyoroti konsumsi kental manis yang menjadi salah satu pemicu persoalan gizi di masyarakat. “Nah itu, masih banyak yang minum susu kental ini. Walah, celaka kali ini. Tapi memang ini juga dipengaruhi ekonomi, jujur saja, susu kental ini kan murah,” bebernya.