SAMARINDA – Kalimantan Timur menjadi salah satu propinsi yang menjadi prioritas penurunan stunting oleh pemerintah. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 & 2022 dari Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus stunting di Kaltim mengalami kenaikan sebesar 23,9% pada 2022 dari yang sebelumnya pada 2021 sebesar 22,8%.

Oleh karena itu, Samarinda menjadi salah satu sasaran edukasi kader kesehatan yang dilakukan oleh Majelis Kesehatan PP Aisyiyah dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) , sebagai implementasi dari upaya bersama mencegah stunting. Sebanyak 50 kader Aisyiyah perwakilan sejumlah wilayah di Samarinda mengikuti kegiatan pembekalan yang dilakukan di Universitas Muhammadyah Kalimantan Timur (UMKT), pada Jum’at (6/10).

Sebelumnya, perwakilan Aisyiyah bersama YAICI juga telah melakukan audiensi dengan Asisten III Bidang Administrasi Umum Sekretariat Daerah Propinsi Kaltim Riza Indra Riadi. Dalam sambutannya, Riza mengatakan kemiskinan dan migrasi penduduk menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya stunting di Kalimantan Timur, khususnya Samarinda.

“Saya berharap banyak dengan ibu-ibu karena perlu edukasi juga selain dari pemerintah. Sebaiknya memang ada pola pendampingan terhadap masyarakat dan ini memang yang bisa melakukannya adalah masyarakat seperti kader-kader kesehatan Aisyiyah. Lebih lanjut, dari pemerintah sangat mendukung kegiatan positif seperti ini, Pemprov Kaltim saya siap membantu,” jelas Riza.

Sebelumnya, Aisyiyah  bersama YAICI juga telah melakukan koordinasi dengan Puskesmas Lok Bahu guna melakukan kunjungan terhadap sejumlah keluarga dengan anak stunting. “Di kelurahan Lok Bahu saat ini ada sebanyak 29 anak stunting. Kita belum bisa menentukan penyebabnya, tapi dari profil keluarganya ini beragam, ada yang memang ekonomi lemah tapi ada juga dari keluarga berada,” jelas Kepala Puskesmas Lok Bahu dr Zulhijrian Noor pada Kamis (5/10).

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan sejumlah temuan dari kunjungan keluarga yang dilakukan. “Kami telah melakukan kunjungan terhadap sejumlah keluarga di kel Lok Bahu yang memiliki anak stunting. Dari penggalian informasi yang dilakukan terhadap keluarga, memang terjadi kesalahan pemberian makanan sejak bayi. Ada yang dari umur 6 bulan sudah diberi kental manis sebagai susunya, ada yang dari usia 3 bulan sudah dikasih bubur dan pisang dengan alasan bayi tidak kenyang, serta lingkungan yang tidak sehat seperti sanitasi dan sampah yang menumpuk,” jelas Arif Hidayat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

English EN Indonesian ID