Penelitian YAICI di Parung: Meramal Masa Depan Generasi Emas 2045

Siapa yang tidak tahu pasar parung panjang yang terletak di Kabupaten Bogor yang berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kota Depok.

Parung adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yang penduduknya adalah pendatang, bermata pencaharian sebagai pedagang dan buruh pabrik. Parung identik dengan pasar parung yang terkenal buka 24 jam. Para pedagang datang kesana untuk mengambil pasokan pangan untuk di jual lagi di pasar depok, maupun tangerang selatan. “Pasar Induk” banyak orang-orang yang menyebutnya. Sehingga tidak heran daerah pasar parung ini sering disebut jalur neraka karena kemacetannya yang tidak bisa dielakkan lagi masyarakat sekitar. Apalagi saat bulan ramadhan tiba, jangan harap bisa pulang tepat waktu jika melewati pasar parung ini.

Tapi tahukah kamu sahabat, di kecamatan parung ini tercatat ada 1315 balita yang stunting atau gagal tumbuh yang dicirikan dengan tubuh yang pendek atau tingginya tidak sama dengan teman sebayanya. Tercatat ada 615 balita yang tubuhnya sangat pendek, 700 balita yang tubuhnya pendek berdasarkan catatan kader ‘Aisyiyah Kabupaten Bogor yang di dapat dari pelayan kesehatan.

Hal ini pun yang membuat YAICI pada hari Jumat, 28 Agustus bersama kader Pimpinan ‘Aisyiyah Daerah Kabupaten Bogor melakukan penelitian ke kecamatan parung bertemu dengan pelayan kesehatan untuk melakukan wawancara bagaimana kebiasaan masyarakat parung terutama pola hidup sehat terkhusus kebiasaan konsumsi kental manis sebagai minuman susu.

Saat ditemui di puskesmas Parung dr. Dini S Agustin Kepala Puskesmas Kecamatan Parung mengatakan “Perlu ada pembuktian susu kental manis sebab gizi buruk”, jika akan dilakukan edukasi tentang susu kental manis dr Dini sangat setuju memberikan edukasi susu kental manis karena masih banyak warganya yang tidak tahu skm itu bukan susu.

Setelah itu kami terjun langsung ke desa Waru untuk melihat bagaimana pengetahuan warga mengenai kental manis. Dengan sebelumnya kita melakukan wawancara dengan Ibu lurah beserta kader posyandu untuk mengetahui karakteristik warga terutama mengenai pola hidup sehat.

Menurut pengakuan Ibu lurah mengenai pola asuh dan hidup sehat di desa waru kebanyakan balita umur 2-3 tahun memang susah makan sehingga banyak jajan di warung-warung. Bahkan ada kader yang mengaku bahwa anaknya anteng setelah diberi kental manis, terutama saat buka puasa saat bulan ramadhan kemarin. Para kader mengakui bahwa selama ini mereka tidak tahu apakah kental manis itu ada kalsiumnya atau tidak. “Selama ini menggunakan kental manis kalau membuat agar saja”, ujar salah satu kader posyandu. “Kami baru tahu kalau kental manis itu bukan susu yaa baru dari YAICI saja, sehingga kami juga tidak pernah mendengar aturan BPOM mengenai kental manis ini”, lanjut salah satu kader.

Lalu timbul pertanyaan dari salah satu kader, “untuk 5 tahun ke atas kan kental manis boleh diminum kan, lalu apakah penyebutannya salah kalau kental manis itu bukan susu?”.

Di lokasi penelitian  di  Kelurahan  Parung YAICI  mendapati  anak-anak  yang masih banyak   konsumsi  kental   manis  sachet   sebagai  minuman susu dan  juga  makan-makanan   dan   minuman-minuman  kemasan  yang  dijual di warung.

Seperti (1) Gibran, berumur 3 tahun dengan berat badan 13,5 kg dan tinggi badan 8,8 mengkonsumsi kental manis 1 hari sekali dengan gelas atau (2) Afifah umur 3 tahun dengan berat badan 10,4 kg dan tinggi badan 8,6 dengan frekuensi minum kental manis yang diberikan setiap pagi. Belum lagi kakak dari balita tersebut yang masuk dalam penelitian kami, mengaku pasti pernah mengkonsumsinya sebagai minuman susu malah ada yang hingga sekarang masih mengkonsumsi rutin setiap hari. #TemuanYAICI

Untuk membekali kader dan pelayanan kesehatan wilayah setempat YAICI memberikan materi edukasi berupa, pengukur tinggi, flipchart mengenai pengetahuan stunting dan buku generasi emas. Semoga dengan pemberian materi ini dapat dijadikan alat bagi para kader untuk dapat mengedukasi dan mensosialisasikan kepada warga terkait stunting dan gizi buruk yang dapat mengancam generasi emas yang akan diraih indonesia pada tahun 2045 kelak, terutama informasi mengenai “Kental Manis Bukan Susu”.

Galeri

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *