Tidak mengherankan jika ditemukan pompa air di tengah ibu kota. Jangankan pompa Mandi Cuci Kakus 1 maupun WC pun masih digunakan bersama-sama dengan keluarga lain.

Begitu lah salah satu gambaran karakteristik wilayah Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Memang menjadi pusat ibukota, malah menjadi pusat perekonomian. Akan tetapi gambaran kesehatan dan sosial wilayah pinggiran ibu kota ini masih sangat memprihatinkan. Itulah sebab YAICI bersama Majelis kesehatan PP ‘Aisyiyah menjadikan locus penelitian kesehatan anak tahun ini di wilayah DKI Jakarta, salah satunya Jakarta Pusat.

Data Badan Pusat Statistika (BPS) menyebutkan kemiskinan DKI Jakarta meningkat 1,11% yaitu dari 3,42% pada september 2019 menjadi 4,53% pada maret 2020. Penyebabnya adalah tekanan ekonomi akibat pandemi virus COVID-19.

Menurut Zahrul Wildan PLT Lurah Bungur, Senen, Jakarta Pusat kawasan Senen adalah kawasangan pengusaha yang paling besar di asia tenggara yaitu bidang percetakan. Sehingga dari bidang perekonomian wilayah ini berpotensi besar untuk warganya dapat berwirausaha. Dalam di Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat misalnya meski ekonomi masyarakat sudah kembali bergulir, namun terdapat ketimpangan sosial yang memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat tidak merata.
Sebagian masyarakatnya adalah PNS, karyawan swasta, pedagang yang memiliki penghasilan tetap. Tetapi tidak dapat dipungkiri sedikit yang bekerja harian atau buruh serabutan yang penghasilan hariannya yang belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

Ibu Sri Nurhayati umur 33 tahun warga Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Anaknya yang masih berumur 1 tahun tidak diberikan ASI sejak lahir, “dari kecil susu formula, karena ASI saya bening bu, tidak bagus” jelas sri saat ditanya. Anak pertamanya yang masih balita sekarang berumur 3 tahun diberikan kental manis sebagai minuman susu.

Responden kedua Diva, 4 tahun warga Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Saat ditanya suka minum susu atau tidak, suka jawabnya “rasa coklat, susu bendera” jelasnya. Diva diberikan kental manis setiap hari karena dari kecil sudah diasuh oleh neneknya. Begitu pun dengan adiknya yang baru berusia 9 bulan hanya dapat diberikan ASI hingga umur 6 bulan saja karena ibu dari 2 anak ini bekerja.

Lagi-lagi, ibu Dewi responden ketiga seorang ibu rumah tangga warga Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Saat ditanya diberikan apa, jawabnya susu bendera.Alasan Dewi memberikan kental manis kepada anaknya karena murah. Dewi biasa memberikan kental manis sebagai susu kepada anaknya dalam bentuk botol yang diberikan untuk membuat anak tidur.

Saat diwawancarai di kantor sekretaris RW 05 Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat Ahli Gizi Puskesmas Kelurahan Kramat, Vicilia Putri mengatakan, “Saat gencar-gencarnya tidak boleh memberikan kental manis kepada balita, setiap posyandu sudah dilakukan sosialisasi terutama mengenai dampak. Karena pengkonsumsian kental manis ini kan bisa menyebabkan obesitas, mengarah ke status gizi buruk, bahkan ada yang meninggal karena pemberian kental manis kepada anak. Hal ini terjadi karena kurangnya pendidikan dan edukasi mengenai peruntukan kental manis yang benar.”
Terkait dengan permasalahan penggunaan kental manis yang masih banyak diberikan kepada balita. PLT Lurah Bungur menghimbau agar masyarakat tidak menggunakan kental manis sebagai minuman susu yang diberikan kepada anak.

Di Akhir wawancara YAICIi tidak lupa memberikan materi edukasi. Berharap agar penyebaran informasi mengenai peruntukan kental manis yang tepat dapat tersampaikan tidak hanya ke pribadi masing-masing, tetapi juga dapat disebarkan ke masyarakat. Terkhusus juga mengenai informasi “Kental Manis Bukan Susu” bukan hanya diketahui dan dipahami saja. Tetapi juga diaplikasi kan dengan pengstopan pembelian, pengkonsumsian dan pemberian kepada anak sebagai pengganti susu.
Galeri























Add a Comment