Mataram, 24 November 2020 – Berangkat dari pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mengantarkan UMAT manusia ke Era kompetisi Global melahirkan tantangan pada berbagai bidang kesehatan dan pendidikan.Yayasan Abipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bekerja sama dengan Badan Khusus Perempuan (BKP) PGRI di Nusa Tenggara Barat (NTB) menyelenggarakan Seminar dalam rangka memperingati hari PGRI sekaligus menjalankan beberapa pilar YAICI yaitu mengenai pendidikan dan kesehatan. Tema dari Seminar ini adalah “Peran Aktif Guru Melalui Edukasi Kesehatan Dalam Rangka Membantu Pemerintah Mencegah Penyebaran COVID-19 di Lingkungan Sekolah “Menyongsong Era Back To School”
Pandemi COVID-19 tak hanya berdampak pada kesehatan fisik  tapi juga dapat mempengaruhi kondisi mental setiap orang ,terutama peserta didik dan orang tua, terlebih lagi saat ini masyarakat dihadapkan dengan NEW Normal yang mendorong masyarakat untuk  beradaptasi cepat dengan kebiasaan baru, kondisi  tersebut diperparah dengan dampak sosial ekonomi yang membuat masyarakat resah mengenai masalah finansial, pekerjaan dan masa depan, jika tidak segera ditangani dengan baik dapat mempengaruhi kesehatan mental.
Arif Hidayat, selaku ketua harian YAICI memberikan sambutan sekaligus membuka acara seminar tersebut. “Di era digital saat ini kita dimudahkan dalam mengakses segala macam informasi. Oleh karena itu sebagai orang tua sekaligus guru, bapak ibu harus pandai-pandai dan bijaksana dalam mengakses informasi baik berupa berita maupun dalam bentuk iklan produk pangan  yang terkait  dengan kesehatan,” kata Arif.
Ia juga menjelaskan salah satu temuan YAICI bahwa terdapat oknum guru yang memberikan tugas berupa video dengan membuat kental manis, yang kemudian video tersebut diupload di youtube agar mendapatkan nilai. “Padahal yang kita ketahui kental manis ini bukan susu, tapi diperuntukan sebagai topping atau tambahan untuk makanan dan minuman.  Oleh karena itu, pentingnya guru sebagai garda terdepan dalam melindungi anak didik melalui cara-cara yang tepat, benar dan bijak,” jelas Arif.
Masa pandemi ini membuat berbagai kegiatan mengharuskan dilakukan di rumah, begitu pun aktivitas sekolah. Maka dari itu, Indonesia membuat berbagai aturan agar proses pembelajaran tetap berjalan. Begitu pun NTB, provinsi ini memiliki peraturan penyelenggaraan pembelajaran yang diatur surat edaran dari Gubernur Nusa Tenggara Barat. “Surat edaran ini menindaklanjuti SKB 4 Menteri, nomor 420/3320.UM/Dikbud Tentang Penyelenggaraan Pembelajaran di Satuan Pendidikan pada Tahun pelajaran 2020/2021 di masa pandemi covid-19,” kata Aidy Furqan selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB.
Ia juga menjelaskan bagaimana proses pembelajaran sekolah tahun ajaran 2020/2021, yaitu dengan fase new normal. “Fase new normal terdiri dari pembelajaran dengan shift/block, penilaian dengan shift/block, pengaturan BDR dan shift block, serta mengontrol aktivitas anak ke orang tua atau wali,” ujar Aidy.
Guru dan tenaga kesehatan merupakan pahlawan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam mencegah dan memutuskan mata rantai COVID-19. “Guru dan tenaga kesehatan merupakan dua aktor penting dalam mengedukasi dan memotivasi untuk mewujudkan peserta didik dan masyarakat umum yang sadar  bahaya COVID-19,” lanjut Aidy
Peran guru seperti apa yang disampaikan bu Hj Niken Saptarini Widyawati, MSC selaku  Narsum dan sekaligus sebagai ketua PKK NTB pada kegiatan seminar menghimbau  kepada 130 peserta seminar ibu-ibu guru yang berasal dari 4 kabupaten/kota se-NTB ini sekaligus berharap bagaimana guru sebagai garda terdepan untuk mencegah dan memutuskan mata rantai COVID-19 baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat Umum.  Dalam posisi sebagai pendidik dan pengajar guru diharapkan berpartisipasi aktif  dan mendukung dalam menjalankan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam kesempatan yang sama sebagai narasumber di bidang kesehatan drg Firda Putri Utami perpesan agar masyarakat tidak salah paham dalam menerima info kaitan dengan COVID -19 masyarakat disarankan agar :
1.      Melakukan Literasi
2.      Waspada  dan terus mengikuti protocol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah
3.      Dengan tidak buka tutup masker
4.      Menjaga jarak
5.      Menjauhi kerumunan
6.      Mencuci tangan
7.      Selalu memakai masker.
Firdha juga menjelaskan kecemasannya terhadap konspiransi dan hoax mengenai COVID-19. Ia menjelaskan bahwa kedua hal tersebut berpotensi mengganggu penanganan covid-19. “Teori konspirasi ini akan mempengaruhi kepercayaan terhadap pemerintah hingga kepatuhan terhadap protokol kesehatan menurun. Akibatnya, masyarakat tidak mau melakukan protokol kesehatan hingga tidak mau diberikan vaksin Covid-19,” tegasnya.
Semoga apa yang disampaikan oleh ketiga narasumber dalam seminar yang kami laksanakan ini menjadi harapan-harapan bersama dengan terwujudnya guru sebagai garda terdepan dalam pencegahan COVID-19 dan harapan bersama dari 130 peserta terlaksananya peran aktif Guru dalam mengedukasi cegah COVID-19 dalam rangka membantu pemerintah mencegah COVID-19 di lingkungan sekolah menyongsong “Era Back to School”.

Silahkan download materinya di sini

materi 1

materi 2

materi 3

Galeri
    

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

English EN Indonesian ID