Posyandu merupakan layanan kesehatan yang terdekat dengan masyarakat. Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA atau KMS.

Meski bukan seperti Puskesmas atau dokter yang dapat diakses setiap saat, namun posyandu merupakan gerbang awal pemantauan kesehatan masyarakat, terutama tumbuh kembang balita dan ibu hamil. Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak dan mendeteksi sejak dini bila anak mengalami gangguan tumbuh kembang.
Sebagaimana diamanatkan dalam Permenkes No 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan yang ditandatangani Menteri Kesehatan RI Nila Farid Moeloek pada tanggal 19 Februari 2019, Posyandu menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat. Dapat dipastikan pula, Posyandu harus selalu hadir ditengah-tengah masyarakat, baik pada tingkat RT/ RW maupun kelurahan/ desa. Pelaksanaan layanan kesehatan di Posyandu pun gratis dan tidak dipungut biaya.
Maka seharusnya tidak ada alasan bagi orang tua untuk tidak datang ke Posyandu. Tidak ada alasan pula bagi orang tua untuk tidak memantau tumbuh kembang anaknya ataupun melewatkan imunisasi dan pemberian vitamin untuk anak. Dengan kata lain, rutin memeriksakan tumbuh kembang anak ke Posyandu artinya kita telah berkontribusi mendukung program pengentasan stunting dan gizi buruk yang dicanangkan pemerintah.

Sayangnya, ditengah gencarnya upaya pengentasan stunting, masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan kesehatan keluarga. Ditambah lagi situasi pandemi Covid 19 yang belum berakhir, seolah menjadi alasan bagi orang tua untuk enggan datang ke Posyandu. Salah satunya terlihat pada warga kampung purna kebon kelapa rt 01 RW 02 Serpong. Sebagian besar warga dikawasan ini sangat jarang datang ke Posyandu.

Alipah, salah satu kader Posyandu mengatakan tantangan terbesar posyandu setempat adalah meminta warga datang ke Posyandu. “Tiap ada Posyandu, udah diumumin, didatengin ke rumahnya, nggak ada yang mau datang. Anaknya nggak ditimbang, nggak dikasih vitamin, gimana nggak gizi buruk,” ujar Alipah.

Persoalan lainnya adalah buruknya catatan administrasi kependudukan masyarakat setempat. Hal itu turut disebabkan profil warga yang datang dan pergi tanpa ada kesadaran lapor ke RT/ RW. Akibatnya, perangkat RT pun kesulitan memantau kondisi kesehatan warganya.

Demikian kompleksnya persoalan masyarakat setempat, mengakibatkan ketidak pahaman masyarakat akan gizi dan tumbuh kembang anak menjadi hal yang tampak wajar. Orang tua seolah pasrah pada pola makan anak: makan sesukanya, anak memilih lauk pauk yang disukai saja, tingginya konsumsi gula garam lemak hingga kebiasaan minum kental manis pada balita bahkan pada bayi dibawah usia 1 tahun.
Galeri


































Add a Comment